PKL
Pagi ini terasa dingin seperti pagi - pagi yang sebelumnya, hembusan angin pagi yang menyejukkan terasa menusuk - nusuk tulang telapak tangan, dengan muka muram kami berangkat menuju tempat kerja kami. Setelah melalui sebuah jembatan dan beberapa tanjakan serta turunan kami segerakanmenuju tempat - tempat kami ditugaskan, bukan karena kami terlalu rajin tapi hanya dengan begitulah kami bisa tetap menjaga tubuh kami agar lebih hangat, hari barupun dimulai.
Aku berjalan terus menuju ujung tempat kerjaku, melepaskan seni yang sudah kurasakan semenjak dijalan tadi, sambil terkantuk kulihat muka ayam - ayam yang sudah berisik sekali minta diberimakan. Seiring berjalannya waktu makin mahir aku membersihkan tempat minum dan memberi pakan ayam. Cukup sekitar 15 menit sudah selesai kuberi makan, menguras dan mengisi air 1080 ekor ayam. Kuseka keringat yang mulai bercucuran, suasana pagi sudah menghangat, kutengok ke kandang sebelah dan kuperhatikan Vicky yang rupanya masih mengisi air minum.
Kulihat punggung tanganku yang terasa perih karena dipatuk secara terus menerus, terakumulasi layaknya ribuan cubitan yang dilakukan di tempat - tempat yang sama, tidak sakit awalnya namun mampu menyobek kulit setelah patukan kesekian. Setelah kurasakan cukup kuregangkan otot - otot tubuhku yang masih terasa kaku dan mulai mengumpulkan telur supaya tidak menumpuk terlalu banyak ketika akan kukumpulkan nanti.
Tidak begitu lama Feri datang dan memberikan sinyal isyarat bahwa sudah datang waktu makan, kutengok jam dilayar handphone dan waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, perutpun sudah terasa mulai melilit. Kugegaskan pengumpulan telur dan menyusul yang lain untuk mengisi kelaparan dipagi ini. Inilah salah satu hal yang menyenangkan selamaku disini, makanan yang kulahap terasa selalu nikmat ditambah beberapa gurauan bersama teman - teman yang menambah riuhnya suasana sarapan pagi itu.
Setelah dirasa kenyang, kami kembali ke kandang masing - masing, kulihat Adit dan Vicky lebih memilih untuk duduk dulu dan menghisap sepuntung rokok untuk melengkapi nikmat sarapan. Aku memilih mengambil ember untuk menghitung berat rata - rata telur yang diproduksi hari itu. Ketika sudah selesai menimbang dan kembali kekandang, kulihat kembali Vicky sudah kembali sibuk dengan urusan kandangnya begitupun dengan Adit, sedangkan Agus dan Feri sudah sibuk dikandang masing - masing sedari awal.
Satu persatu kandang kuamati supaya tidak ada telur yang tersangkut, inilah bagian pekerjaan yang paling terasa berat, selain harus meneliti satu persatu dengan total ribuan itu, suhu juga sudag mulai terasa panas, waktupun berlalu dan menunjukkan sudah pukul 11 siang, kami menyelesaikan urusan kami dan segera kembali menuju kontrakan untuk mandi dan beristirahat sejenak sebelum harus kembali pukul 13.30.
Entah mengapa waktu siang terasa begitu panas, kami menyempatkan diri untuk membeli es untuk menurunkan suhu tubuh kami, setelah mandi biasanya kami kembali tidur walaupun kadang memilih untuk menonton tv atau melakuakn hal lain. Panasnya suhu lingkungan membuat mandi terasa begitu istimewa, ketika menyeka air dengan handuk tubuh menjadi terasa kembali segar, otot tubuhpun terasa lebih ringan.
Waktu masuk siangpun tiba. Beberapa hari kami menyempatkan membeli cilok untuk mengganjal perut supaya tetap terisi sebelum tiba waktu makan sore. Kami kembali memberi pakan dan mengecek telur yang diproduksi hari itu seraya menghitung berapa hdp yang didapatkan. Pekerjaan yang cukup memakan waktu sampai sore tiba. Setelah selesai kami kembali ke rumah empunya kandang untuk mendapatkan jatah makan sore dan menyegerakan pulang untuk mandi dan beristirahat kembali.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alright, that sums up most of what I do in my apprentice.
Sengaja pake bahasa begituan karena masih kena after effect baca Wolf of the Plainsnya Conn Iggulden :))
Walaupun gak penting tapi ya begini lah hohohoh.
Dyon.
Comments
Post a Comment