@Anak2Revolusi : Sebuah Review (atau Curhat?)
Jadi kali ini review, yah, Sebuah novel karya @budimandjatmiko
dan ini akan subjektif.
Sebuah novel yang berjudul anak - anak revolusi.
Sedikit cerita, buku mengenai perpolitikan yang aku baca sebelum buku ini adalah Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer.
Sebuah buku yang hebat, sangat hebat.
Ekspektasiku sangat tinggi ketika akan kubeli.
Baiklah.
Sebenarnya buku ini kubeli juga termasuk kebetulan, sebuah kebetulan karena sebenarnya saat itu aku bosan, maka pergi ke Gramedia di Matos. Ada beberapa buku yang ingin kubeli sebetulnya, namun kebetulan buku yang kucari sedang out of stock dan hanya ada di Gramedia dekat alun - alun. Kecewa? iya. Tapi ya sudah tak apa - apa.
Akhirnya ketemu buku ini disekitar rak buku pilihan. Saya tahu @budimandjatmiko hanya sebatas ditwitter sebenarnya, karena dulu muncul di timeline karena @sudjiwotejo dan akhirnya penasaran dengan perancangan #RUUDesa secara saya mahasiswa peternakan. Pertama saya melihat cover ini saya kira gambar mawar yang distempel dengan lumpur atau apalah, ternyata gambar mawar keinjek sepatu toh.
Sebenarnya juga masih ragu waktu akan beli, karena buku ini memang bukan buku yang aku cari harganya juga lumayan menohok kantong keringku. Huh. 95ribu rupiah kupertaruhkan disini, bung. Kalau ingin buku yang lebih murah dan terjamin bagus sebenarnya dengan mudah dapat kuambil buku - buku karya Paulo Coelho, tapi aku sedang ada sedikit keinginan untuk membeli buku - buku karya penulis Indonesia. Namun, bukan buku biografi yang sekarang sedang tenar dan buku - buku novel teenlit, saya kurang suka, maaf. Buku - buku yang seperti karya Pak Pram yang mau saya cari, yang begitu membuka pemikiranku. Hal yang meyakinkanku saat itu hanya komentar dari Sudjiwo Tejo dan Najwa Shihab. Kenapa? Disini Sudjiwo Tejo memposisikan diri sebagai #PresidenJancukers andalannya, tapi review yang diberikan bernuansa kesenian, bahkan Simon dan Garfunkel juga disebut untuk mengintrepetasikan buku ini, ini buka main-main, jika ingin mengintepretasikan buku ini dalam seni Sudjiwo Tedjo bisa memposisikan dirinya sebagai seniman / budayawan, sebenarnya. Posisinya sebagai #PresidenJancukers menurutku kala itu mengindikasikan bahwa buku ini dapat menawarkan kisah - kisah politik yang indah. Sedangkan Najwa Shihab menuliskan bahwa
penulis buku ini adalah orang yang romantis, ini benar Najwa Shihab?
2 jam berselang, akhirnya terbeli.
Buku ini kubuka dengan ekspektasi yang tinggi, dengan hati yang senang walau tidak berbunga - bunga.
Kemudian saya ditawari cerita yang mendebarkan bab cakar - cakar kekuasaan, ini yang kucari. Penawaran cerita yang tidak ada dibuku sejarah disekolahku dulu, tentang revolusi '98 itu. Sebuah cerita yang orang tuaku seakan enggan untuk menceritakannya padaku. Aku jadi tahu segimana terkenalnya Budiman Sudjatmiko ini, bahkan ketika aku membaca buku ini, orang tuaku sempat menanyakan sat dua hal dan ingin meminjam buku ini. Sebuah kejadian yang tidak sering terjadi ketika saya biasa membaca buku disekitar mereka. Bagaimana proses pergerakan revolusi yang dilakukan oleh Budiman Sudjatmiko dapat kamu temukan disini.
Selain itu, juga ada bab - bab yang menceritakan masa kecil dan sekolah Budiman Sudjatmiko dengan pandangan - pandangannya sendiri yang seperti menyampaikan cerita bagaimana dia bisa memiliki pemikiran sampai saat ini. Pembahasan buku ini akan membuatmu teringat akan novel tetralogi Laskar Pelangi karya novelis kondang negeri ini, Andrea Hirata. Namun membuatku harus mahfum ketika aku sempat membaca bahwa Andrea Hirata merupakan salah satu orang yang menyarankan untuk diwujudkannya buku ini. Ini sebuah buku politik, namun memberikan penceritaan yang seperti itu, bagaimana menurutmu? Menurutku ini kurang cocok, entah kenapa aku jadi merasa aneh, entah aku yang kurang paham untuk memahami (sepertinya begitu) atau penyampaian yang kurang cocok. Mungkin juga ekspektasiku yang terlalu tinggi, bisa jadi masih pasca efek membaca Rumah Kaca.
Aku mengharap buku ini bercerita seperti Dua Cerita Dari Slavia oleh Alm. Pak Soebagijo I.N. Aku mengharap hal seperti itu, revolusi yang benar - benar saat itu terjadi! Cukup diceritakan dengan lugas dan apa adanya sesuai dengan pandangan penulis, bukankah hal - hal yang dibuat indah membuat kita sering terjatuh sendiri?
Menurutku, yon.
Terlepas dari berbagai hal yang kusebut diatas, buku ini bagus, terutama untuk anak - anak yang masih antipati terhadap politik. Supaya tahu, bagaimana sejarah perpolitikan di Indonesia, dan supaya tahu, jika ingin menjadi wakil rakyat nanti, bisa sadar untuk menyesuaikan diri untuk itu. Buku ini dapat memberimu perpolitikan secara halus, tidak akan membuatmu kaget, karena bagiku, cerita yang ada didalam buku ini adalah salah satu wajah politik itu sendiri.
Dyon.
Comments
Post a Comment