Kamu ngapain sih, Yon? -edited-

Originally posted December 25, 2013 at 3:07pm

Bismillahirrahmanirrahiim.

Prolog
Well. Sudah lama nggak nulis di fb :)) gegara sudah ada di blog sih tapi ya karena *ehm* *sep* *ehm*i jadi nulis lagi disini ah. Aku tau, mungkin disuatu saat nanti, aku akan sedih ngeliat tulisanku ini tapi juga mungkin juga bisa bangga. Hal ini tak lain karena tulisanku ini mengandung sedikit pikiranku pada politik, tapi saya juga bukan orang politik jadi ya mungkin lebih ke arah kesoktauan saya dan sepertinya akan sangat panjang. Hvft. Jadi semisal ada yang mau buang - buang waktu kerja / waktu nganggurnya buat ngebaca sampe habis, atau baca sambil di skip - skip atau minimal ngelirik ya terimakasih! :))

Bagian Awal
Okay, here we go.
Tulisan ini terpikir saat aku mandi, sholat (astaghfirullah) dan saat sedang dalam perjalanan menuju gath ke-3 @turuntanganmlg sebenarnya. Ya, saya adalah anggota #turuntangan yang mungkin jika disuruh membuktikan saya ngga akan bisa, karena memang saya tidak memilki surat keterangan sah, hanya semacam self proclaiming sebenarnya, karena saya hanya mengisi formulir via internet dan data diri yang dibagikan saat gath saja. Sepemahaman saya dulu, #turuntangan ini adalah gerakan sosial yang digagas oleh Pak Anies Baswedan untuk ikut turun tangan untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya ikut urun angan atau bahkan lipat tangan, bisa dibilang sekumpulan orang yang wes jembek nek mung nggrundel tok. Benar - benar jelas diingatan saya bahwa beliau berkata kurang lebih seperti ini :
Anda memilih. Anda bayar pajak. Setelah itu, Anda kalau tidak memuji atau mengkritik, Anda tidak melakukan apa pun. Para pendiri bangsa dulu tidak bilang, this is your problem, this is your problem, and I will solve your problems. Tapi, mereka membangun visi, cita-cita, ayo kita bergerak bareng-bareng.
Ini, agak bikin sakit, sebenarnya. Saya sendiri orang yang bisa dibilang apatis, well, menghabiskan kebanyakan waktu didepan internet dengan diselingi beberapa berita media yang itu - itu saja dan menjengkelkan sudah cukup untuk membentuk karakter saya yang seperti itu. Oke setelah merenung selama beberapa waktu saya putuskan untuk berubah. Keputusan yang tidak mudah dan sangat, sangat menjengkelkan, karena mayoritas lingkungan saya adalah orang yang cukup apatis dan tidak sedikit jika ada masalah, hanya di tweet, atau difoto lalu dishare di berbagai media sosial. Mulai dari kondisi kampus yang beginilah, jalanan macetlah dsb, pasti kalian lebih paham.

Perkenalan dengan Pak Anies Baswedan
Baiklah, mundur lagi.
Sebagai mahluk internet yang baik dan budiman tentunya saya juga cukup aktif diberbagai media sosial. Salah satu web yang paling sering saya buka tentunya Twitter dan Youtube. Mari kita mulai dari Twitter. Sebenarnya, sebelum saya mengetahui Pak Anies Baswedan, saya malah lebih dulu tahu programnya, itu ada @Penyala semacam gerakan untuk mengirimkan buku sampai pelosok - pelosok sehingga ilmu - ilmu yang kita dapatkan di daerah yang lebih maju dapat dibagikan kepelosok - pelosok, gimana gak keren? Sayangnya saya belum sempat berkontribusi melihat sifat saya yang malas dan sok sibuk ini. Kemudian di Youtube saya termasuk subscriber setia channel TEDx, channel yang sangat bagus dan direkomendasikan, berisikan berbagai orang keren di seluruh dunia yang diberi wadah untuk menyampaikan ide-ide serta gagasannya dan organisasi ini bergerak secara independen. Sayangnya diMalang belum dibentuk, sepertinya. Melalui channel ini saya bisa tahu banyak orang - orang hebat dan salah satunya adalah Mas Rene Suhardono yang sudah pernah saya tuliskan di Blog dan juga Pak Anies Baswedan! Melalui TEDx beliau sharingmengenai program Indonesia Mengajar itu dan hal yang pertama kali terpikir olehku adalah "Taek sangar eram ki program e, sopo sih wong iki? Wong politik gak jelas palingan" dan kemudian saya lanjutkan surfing saya itu dan diberbagai kegiatan TEDx lain cukup banyak pengajar muda dari Indonesia Mengajar yang gantian berbagi pengalamannya selama di pelosok, ini sangat keren. Kemudian saya juga dikejutkan bahwa @Penyala juga merupakan gerakan yang juga di gagas oleh tak lain dan tak bukan, tak disangka dan tak dinyana, dia lagi dan lagi, ya, Pak Anies Baswedan.Since then he earns my respect. Kurasa seperti itu perkenalanku, tidak pernah bertemu dan itu sudah cukup membuat saya menghormati beliau. Perlu ditegaskan, beliau adalah orang yang hormati, bukan ku idolakan, saya tipe orang yang tidak suka dengan fanatisme, nggilani dab.

Konvensi dan Turuntangan
Sebagai follower yang sudah cukup lama memantau, ikutnya beliau dalam Konvensi Partai Demokrat sudah bukan hal yang mengejutkan bagi saya. Teringat lagi ucapan beliau yang mengatakan "jika caleg yang keluar negeri dan hanya jalan - jalan, tidak bekerja dengan benar, kamu jangan hanya bisa menyalahkan saja, itu juga salah kamu sendiri, kenapa waktu sebelum pemilihan dulu, tidak kamu pelajari, lihat track record masing - masing calon dan jangan hanya menyalahkan waktu orang tidak baik itu sudah jadi caleg, kamu orang terpelajar, kan? Mengapa tidak kamu lakukan itu?" yah kurang lebih seperti itu lah. Oleh karenanya sebelum pemilu ini saya pelajari masing - masing calon, saya tanyai teman - teman saya dari berbagai sudut pandang dan sepertinya hati saya memang jatuh pada sosok yang besar di dunia pendidikan ini. Nah mulai saat itu saya mulailah nyemplung, mungkin masih kecek di dunia politik dalam dimensi kenegaraan (perlu diingat bahwa politik terjadi disetiap aspek kehidupan kita). Dimensi politik yang mungkin sekitar 6 bulan lalu masih saya benci setengah mati, kalau anda mengenal saya, kurang lebih pasti tahu bahwa saya memang tidak suka. Dimensi inilah yang banyak memecah teman - teman saya di tempat saya kuliah, ya, mereka yang aktif di OMEK itu. Mungkin sistem dan tujuannya bagus, namun hanya SDMnya yang kurang mampu jadi terkesan kolot dan malah mengubah yang dahulu teman menjadi lawan hanya karena berbeda background politik yang diikuti. Berbagai respon saya dapat baik secara langsung maupun tidak langsung dari perubahan haluan yang saya pilih ini, termasuk dari salah satu sahabat saya yang sepertinya cukup terheran dan menyampaikan lewat media Twitter, kurang lebih seperti ini  :


Yah memang pasti akan ada berbagai hal yang boleh saya bilang resiko untuk pergi dari dunia keapatisan, tapi koyoke yo aku ngene-ngene ae ah. Namun, seiring berjalannya waktu, ada imbas lain, muncul kekhawatiran akan gerakan Turuntangan yang saya anggap keren ini, jadi ajang kampanye dong? Padahal sepemahaman saya Turuntangan ini gerakan sosial, kok. Wah ini bahaya, malah jadi pergeseran makna ini, dilihat dari brosur yang dibagikan dan web turuntangan.org kok jadi kaya kampanye garis keras dari Tim Sukses pada umumnya? Mungkin, karena memang pada dasarnya sama - sama bergerak dari hati, pada gath ke-3 kemaren pikiran saya jadi lebih tenang, ternyata banyak juga yang berpikiran sama dengan saya, dan dilakukan kesepakatan ulang bahwa kita adalah Gerakan Sosial yang di gagas awalnya oleh Pak Anies Baswedan, kita mendukung beliau, dan tidak akan memaksa orang lain untuk memilih beliau, toh apa untungnya buat kita, kita kerja sendiri, tiap minggu juga urunan sendiri, dikasih uang? Big NO! Kita sepakat untuk menyelesaikan masalah kita sendiri, benar - benar turuntangan secara harfiah, memang ada beberapa atribut yang dibagikan sewaktu ada tim Turuntangan pusat yang datang ke Surabaya tapi bukan untuk mengkampanyekan Pak Anies Baswedan melainkan untuk mengkampanyekan ikut turuntangan, this is our problems, no one will solve our own problems except ourself.

Ending
Begitulah, kurang lebih, dan jadi curhat. Jadinya alay namun tetap imut dan menggemashkan. Banyak yang mau ditulis tapi gak jago nulis jadinya bingung dan lupa, thank you man!

Dyon

- EDIT -
Maaf sebelumnya bagi teman - teman yang sudah membaca note ini, melalui fitur edit ini saya mau menyampaikan bahwa sepertinya tulisan ini saya buat sambil ngelindur. Lupa bahwa sosial dan politik adalah bidang yang saling berkaitan satu sama lain, mungkin tulisan saya disini : https://www.facebook.com/notes/aldyon-restu-azkarahman/kenegaraan-bab-sosial-politik-dan-peternakan/10151971422904139 bisa sedikit memberi gambaran, dikit banget sih nghaha. Saya mau menegaskan sekali lagi Turuntangan adalah Gerakan Sosial, digagas oleh Anies Baswedan. Jelaskan? Udah dibold dan penggagasnya udah dimiringin & underline-in. Ini berarti dunia politik juga termasuk dalam kegiatan kami, ya karena tadi, sosial dan politik adalah dua bidang yang saling berkaitan. Long story short, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan :

1. Melalui Turuntangan kami ingin anda semua mau mengubah permainan politik yang sekarang kotor menjadi lebih baik, dengan apa? Dengan ikut aktif. Jangan biarkan orang tidak baik menjadi pemimpin kita karena kita acuh akan politik. Karena saya percaya politik sekarang bisa kotor karena ulah orang baik yang tetap diam, untuk lebih lanjut boleh tanya - tanya sama saya karena takut kepanjangan.

2. Kami tidak akan memaksa anda untuk memilih Anies Baswedan, kami hanya ingin anda mengenal calon pemimpin anda nanti, jika cocok, dukung. Bahkan ketika debat konvensi Partai Demokrat, salah satu teman kami juga simpatisan Gita Wirjawan dan juga kami fasilitasi untuk berangkat ke Surabaya dari Malang. Tidak ada permusuhan dan lainnya, yaelah, man.

3. Kalau begitu kenapa kalian kok Anies Baswedan-an banget? Ya karena mayoritas kami memutuskan untuk mendukungnya sebagai Presiden RI 2014-2019. Kami sudah pelajari track record-nya, melihat kinerjanya dan cocok. Ya kami dukung. Bahkan kami sangat terbuka jika teman - teman mau membandingkan Anies Baswedan dengan capres lain, bahkan itu sudah termasuk dalam agenda kegiatan kami.

4. Bidang kami tidak hanya politik. Sosial itu banyak banget, walaupun concern terdekat kami cukup banyak berhubungan dengan politik karena tahun 2014 adalah tahun pesta demokrasi di Indonesia, namun Alhamdulillah kok kebetulan kami sangar - sangar, kami masih mampu ikut turuntangan untuk Hari Ibu, untuk kampanye donor darah, untuk keluarga kita korban Gn. Kelud, dan salah satu agenda besar kita, turuntangan untuk mempererat silaturahmi komunitas - komunitas di Malang melalui #DJADOELYMPIC.

5. Terakhir ah, cape, dan terpenting melalui Turuntangan kami mencoba mulai untuk merubah diri kami sendiri, berusaha sebenar-benarnya untuk menjadi agen perubahan dengan tujuan Indonesia lebih baik. Karena apa? Karena kami sangat mencintai negeri ini, Indonesia.

Sekian editan dari saya.
Narkoba No, Prestasi Yes.

Comments

Post a Comment

Popular Posts