|
Ini didaerah Pujon, biasanya pemandangannya hijau ladang pertanian. |
Pagi kemarin, handphone saya berbunyi, rupanya ibu saya yang menelepon, dengan mata yang masih berat saya angkat. Ibu yang sekarang sedang berada di Jogja rupanya menanyakan keadaan saya di Malang, saya kira cuma nanya biasa rupanya di Jogja saat itu langit sedang gelap, debu dimana - mana, ini semua disebabkan oleh meletusnya Gn. Kelud. Saya keluar dari kamar kos, mengecek keadaan sekitar kok malah aman - aman saja, lapisan debu saja tidak terlihat. Saya tetap tenang. Kemudian TL twitter mendadak ramai dengan gambar dan obrolan mengenai dampak meletusnya Gn. Kelud diberbagai kota. Saat itu saya masih tenang - tenang saja.
Kemudian, Ba'da ashar, saya dihubungi oleh rekan - rekan saya yang saya kenal dari @turuntanganMLG untuk menjadi relawan korban Gn. Kelud didaerah Pujon, Kabupaten Malang. Sore itu badan saya masih terasa pegal sebenarnya setelah mengikuti serangkaian acara Konvensi Partai Demokrat di Surabaya mulai dari jam 6 pagi dari Malang sampai pukul 11 malam sampai kembali di kamar kos saya di Malang, namun semangat kebaikan teman - teman saya ini seperti mendorong saya untuk mengalahkan rasa pegal itu, untuk kemudian bersama - sama membantu semampu kami.
Sore itu, kami berkumpul di SPBU UMM Malang untuk kemudian berangkat bersama - sama menuju lokasi, teman - teman saya, Fian, Bhagas, Kiki, juga Lian dan Febri yang baru saya kenal kemarin sudah menunggu saya cukup lama rupanya, bahkan sudah membeli beberapa kotak masker untuk dibagikan pada korban letusan Gn. Kelud. Saya sendiri selama 22 tahun hidup belum pernah sekalipun ikut kegiatan sosial untuk membantu korban bencana alam secara langsung, ini pengalaman pertama saya. Saya benar - benar bersyukur bisa dikenalkan dengan orang - orang baik yang mau mengajak orang seperti saya untuk ikut berbuat baik, walaupun yang mampu saya sumbangkan hanya tenaga saja. Kami berenam naik sepeda motor bersama, daerah kota Malang sejauh ini Alhamdulillah masih aman [edit, ketika tulisan ini dibuat bau belerang sudah terasa sampai kosan saya di daerah Dinoyo] namun ketika memasuki alun - alun Kota Batu, debu - debu vulkanik mulai terlihat. Sepanjang jalan terlihat banyak organisasi yang melaksanakan penggalangan dana. Mulai memasuki daerah Pujon banyak ambulans dan mobil tentara yang lalu lalang membawa korban pengungsian, langit mulai gelap dan cuaca cukup dingin.
Pemberhentian kedua kami adalah di SPBU Pujon, kami berhenti untuk mengisi bensin dan ke toilet. Berikut adalah beberapa foto kondisi kemarin :
Lanjut, kami menuju desa Mantung, dari pasar agribisnis masuk keatas.
Kami disambut oleh Mas Deni, dkk, mereka adalah penduduk sekitar yang kemudian menemani kami untuk berkeliling membantu semampu kami, membagikan masker, mengajak untuk persiapan mengungsi, dsb. Hah? Mengajak? Iya. Penduduk disekitar sini bisa dibilang masih kurang berpendidikan. Mereka belum menyadari bahayanya situasi kala itu. Listrik mati, kebanyakan berdiam dirumah dan berpergian tanpa masker terpasang. Salah satu hal yang cukup membuat saya kecewa adalah sampai sekitar pukul 7 malam saya mendapatkan kabar dari salah satu warga setempat bahwa perangkat desa sudah dulu mengungsi dan tidak bisa dihubungi. Merupakan tindakan yang sangat mengecewakan sebagai pemimpin desa, tapi tetap tidak boleh suudzon mungkin ada keperluan lain yang perlu diatur ditempat pengungsian, tapi seharusnya tidak sampai meninggalkan warganya dalam ketidak jelasan seperti ini.
Well, begitu banyak pikiran - pikiran saya yang berputar malam itu. Adanya kehangatan kekeluargaan ketika santap mie bersama diwaktu maghrib sambil melepas penat walaupun suasana seperti kota mati, canda tawa warga yang walaupun mungkin tidak mereka pikirkan hal tersebut dapat menjadi dukungan moral bagi mereka sendiri dan untuk kami tentunya dan terakhir raut muka mereka ketika melihat kita, orang yang tidak mereka kenal, datang untuk mencoba membantu, ah gimana ya susah dijelaskan. Sekian dulu dari saya, sebenarnya ini adalah tulisan sekitar tanggal 14 Februari kemarin, namun tertunda sangat lama karena satu lain hal. Berikut saya lampirkan beberapa gambar lain :
|
Dikasih Devan gak mau pasang masker soalnya yang ngasih serem mukanya :( |
|
Jalan |
|
Ini pas ditraktir makan di Rumah Mas Deni, euy |
|
Tebal 4 centian lah |
|
Posko Gor Ganesa |
|
Posko Gor Ganesa 2 |
|
Posko Gor Ganesa 3 |
|
Stereotypes doesn't work here, dude |
|
#nofilter #swag |
|
Ah ini pas dikasih kopi - kopi pas shubuh, momen tak ternilai |
|
Pas masak - masak buat makanan pengungsi sama anak @turuntanganMLG |
That's it folks, thanks for reading!
Dyon.
Comments
Post a Comment