Ini Cerpen Lho : Aslinya Budi, Jadi aja si Dayat.

Sebut saja Budi, dan bukan mengenai Ibu Budi maupun Bapak Budi. Aku akan bercerita kepadamu sepenuhnya mengenai Budi, Yon. Budi anak yang biasa saja, pagi sekolah, siang pulang dan sholat Dhuhur, kemudian sore mengaji dan bermain. Hari Minggu mainnya kesawah, mencuri sebatang tebu miliki Pak Joko, tapi selalu saja dibolehkan. Pak Joko adalah Bapak Budi.

Lalu ada Dayat, dia sering ikut mencuri tebu Pak Joko bersama Budi. Bedanya, setiap sukses mencuri tebu Pak Joko, Dayat membagi hasil curiannya kepada Bu Rumi. Bu Rumi tahu akan apa yang dilakukan anaknya, ini adalah tebu hasil curian. Tetap saja dimakan. Rupanya Bu Rumi adalah adalah istri Pak Joko dan Dayat adalah adik Budi. Wow keluarga yang manis.

Suatu saat Budi ingin pergi ke pengajian Haji Ro’is. Dayat terpaksa ikut. Hari itu hari Minggu diawal bulan April. Cuaca sangat cerah dan cocok untuk main PS. Tetap saja Dayat harus ikut. Sampai pondok Budi masuk, Dayat tidak. Dikira teman – teman Dayat anak yang nakal, rupanya, Dayat menunggu sandal Budi supaya tidak hilang. Sandal itu baru dan bagus, membuat ingin untuk selalu pergi ke masjid dan berbagai tempat.

Acara dimulai, satu jam berlalu ternyata memang akan ada maling. Waktu Dayat kencing sandal Budi diambil maling. Dayat bergegas lari, resleting Dayat belum ditutup ih. Maling sadar terus ikutan lari, sampe di kebun singkong maling sudah akan tertangkap. "Resletingnya ngga ditutup IIHH!!", teriak maling. "Biarin! Jagoan ni!", jawab Dayat lantang. Malingnya kaget terus sandal Budi dilempar, konsentrasi Dayat pecah, sandal itu pilihannya. Dayat bermanuver hebat, kondisi kebun berlumpur licin pasca hujan semalam. Dayat sudah mirip VR46 dilintasan licin itu, bedanya si Dayat ngga pake helm dan ia tergelincir.

Jadinya aja sandal diperoleh kembali, masih bagus lagi. Dayat kembali, pengajian selesai. Dayat yang berlumpur diketawai, kemudian dijelaskan. “Mana ada maling disini, sungkan atuh maling sama Haji Ro’is.” Kemudian lanjut ketawa, Budi juga. Dayat naik pitam, ia menjerit, “ AAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAA,” begitu teriak Dayat, itu teriakan melengking pada nada dasar sol. Kemudian disamping pondok ada sungai yang cukup deras. Dayat langsung lompat. Dayat lupa tidak bisa berenang, tidak butuh waktu lama untuk kehabisan nafas bagi Dayat.

Selesai.

Perlu kamu tahu, Dayat, berenang adalah hal yang cukup sulit, terutama jika kamu tidak sabaran. Sabarlah seluas samudera, persoalan hidup bukanlah masalah mencapai puncak, tapi juga mengenai setapak demi setapak yang akan dilalui. Ada jalan yang licin dan ada juga yang berkerikil. Kurasa hati yang bersabar dan pikiran yang terbuka adalah apa yang bisa menelaah bagaimana untuk menyikapi setiap jalan itu.


Dyon.

*nb disawah ada tebu ya (?)

Comments

Popular Posts