Jalan - jalan Indoprogress, mari!


Anjrit sudah aja mau sebulan baru mau ditulis hahaha, jadi tanggal 2 kemarin sempet - sempetnya main di peluncuran jurnal Indoprogress. Sebenernya si gagaktauan tapi si Gita ada kasih info via poster lewat WA jadi aja dateng. Spontan aja si, nggak ga hipsteran, itu gara - gara edible film gagal jadi aja si kalo ga salahan.

Oke.

Ternyata tema acaranya pemikiran Marxisme toh, kemudian jadi jelas kenapa pesertanya banyak kaum gondrong dan perokok super aktif horror yes. Acaranya aja dibuka dengan moderator yang menceritakan gimana acara ini mengalami penolakan (Noh, belom acara aja suda ditolak - tolak, kiri abis).

Pematerinya ada beberapa pendiri dan penulis dari Indoprogress sendiri dan seorang dosen Antropologi yang bernama Pak Dhanny Sutopo (dosen yang mencuri perhatian saya karena dia juga gondrong, bukan jilbab gondrong tapian yes).

Ada beberapa hal menarik selama acara, pertama artikel mengenai Mahasiswa dan Perpolitikan dari Pak Dhanny serta penyampaian dari Pak Dhanny juga serta tulisan - tulisan menarik di majalah DIANNS edisi 51. Tanya jawabnya sendiri si (buat saya) kurang menarik karena seingat saya cuma berisi curhatan.

Jadi, dari sini saya paham, mereka yang berada di Indoprogress itu sadar, bahwa dasar pemikiran dari orang kiri, ini sepenangkapan saya, masih belum maju dan update seiring perkembangan jaman, tidak seperti golongan kanan. Jadi aja melalui jurnal ini mereka berusaha mengembangkan pemikiran tersebut.

Merupakan pengalaman cukup menarik dari saya yang benar - benar awam dari perpolitikan bisa ikut mengamati pergerakan dari orang - orang kiri ini, setidaknya walau masih kulitnya dan hanya terbatas di Malang, atau cuma di Brawijaya malah (sedih sekali, Yon).

Satu hal yang pasti adalah setiap pemikiran politik saat ini sudah berlomba - lomba untuk meningkatkan pemikiran dan mengenalkan diri mereka.

Semoga semua dapat membentuk Indonesia yang lebih baik kedepannya, amin.

Dyon.

Comments

Popular Posts