Halal Bihalal Negeri Kacang.
google.com |
"Gaswat, eh gawaat! Paduka. Baginda pangeranku. Gawat ini!" ucap mede seraya bergulung menuju rajanya. "Kanjeng raja sebaiknya segera melakukan sesuatu!"
Sore itu, hari sedang cerah - cerahnya, sedangkan Raja Pistachio, sedang duduk merenung dikursi singgasana. Pikirannya sedang kalut, dia tau apa yang akan dilaporkan mede, sepertinya lapar dan haus membuat pikirannya bergerak lebih cepat.
"Ya, aku sudah tahu, jangankan rakyat, faksiku sendiri saja sudah mulai terpecah, sebagian mereka mulai membelot karena terkena rayu manis Jagung, lama - lama ku goreng saja semua biar beres," gumam Raja Pistachio.
"Harap bersabar oh rajaku yang agung, tindakan gegabah hanya akan memecah persatuan kita," sahut tanah.
"Hei, kacang tanah, kamu adalah yang paling bijaksana dari kacang - kacangan yang pernah kutemui, wawasanmu luas, namun hatimu rendah dalam dinginnya tanah. Apa sekiranya yang harus kulakukan saat ini?"
"Kita harus bersabar baginda, kita amati situasi dengan tenang."
"Ya."
"Jadi, untuk menyelesaikan perpecahan kita harus melakukan konsolidasi."
"Ya."
"Nah, konsolidasi ini harus dilakukan dengan skala nasional!"
"Ya, aku tahu itu."
"Sekarang pertanyaannya adalah, konsolidasi apa yang harus kita lakukan?"
"Aku tidak tahu, itu adalah tugasmu"
"Ya, baginda"
"Lalu?"
"Jadi kita harus melakukan konsolidasi secara nasional baginda"
"Demi batang dan daun yang merambatinya! Kamu putar - putar terus! Lama - lama kurebus!"
"Sabar baginda, kan lagi tapa krama kacang wicaksana"
"..."
Suasana menjadi hening, heningnya seperti ketika ada jangkrik yang mengiringi, seperti hening yang membuat semua orang didalamnya menjadi tidak nyaman. Kamu tahu, kan?
Raja Pistachio lalu berkata, "Konsolidasi nasional tentu membutuhkan banyak waktu, tenaga dan uang, sedangkan kita sedang kekurangan sumber daya."
"Ya, baginda." jawab tanah dan mede serentak.
"Sehingga kita harus memikirkan cara untuk mempersatukan kita tanpa harus memakan banyak sumber daya."
"Ya, baginda." jawab tanah dan mede serentak, lagi.
"Ah, hamba ada ide baginda!", ujar tanah dan mede, juga serentak.
"Loh, kamu dulu deh, Nah"
"Nggak, ah kamu aja."
"Ya deh, jadi begini baginda, seperti yang kita ketahui, sebentar lagi acara tahunan dimana kita melaksanakan ibadah tahunan secara serentak akan dilaksanakan, usulan saya adalah bagaimana kalau kita memanfaatkan kesempatan itu untuk saling mengunjungi rumah ke rumah untuk saling menyapa dan bermaaf-maafan."
"Wah ini baru ide bagus!" Raja Pistachio mulai tersenyum. "Bagaimana dengan idemu, hei kacang mede?"
"Yah, ide saya sama baginda."
"..., tapi tunggu dulu, apakah saya juga harus berjalan mengelilingi kerajaanku yang luas ini?"
"O tentu tidak perlu baginda. Baginda buka saja gerbang istana ini untuk beramah tamah dengan rakyat baginda, acara ini kita namakan Open Istana!"
"Kamu memang bijaksana, O kacang tanah, aku senang atas usulanmu, hadiah akan segera kukirim ke rumahmu."
Hari demi hari berlalu, hari yang ditunggu tiba juga. Acara Open Istana betul - betul meriah, ada kacang mede, kacang tanah, kacang arab dan berbagai kacang lain yang juga datang.
.
.
.
Lalu ada Rara, anak yang manis sekali.
Juga gemar makan kacang.
Alhamdulillah, acara Open Istana itu berakhir menyenangkan, bagi Rara, beserta ayah ibunya yang bertamu ke rumah Pak Mulyo diiringi dengan percakapan dan canda tawa di hari yang berkah ini.
Selesai.
Comments
Post a Comment