Meramaikan Haruki Murakami.

dari google.com

Ya, sekarang sedang membaca 1Q84 karya Haruki Murakami. Judul posting ini aslinya sebenarnya Merayakan Haruki Murakami, tapi karena terlalu lama jadi draft dan keduluan hari kemerdekaan ya begitulah.

Buku ini sudah mangkrak diatas meja selama 5 Bulan. Ya, 5 Bulan. Waktu yang sangat lama untuk dianggurkan. Gara - gara Dunia Sophie, sial. Entah kenapa, selama 5 Bulan yang panjang itu semua anteng - anteng saja, tapi pas mulai baca, entah disekitar jadi makin ramai oleh Haruki Murakami, tweet @sudjiwotedjo di TL:


Bahkan, sampai kucing ini muncul di TL twitter saya.


Yah, saya memang suka kucing.
Mari kita telaah probabilitas kejadian ini secara beruntun.
Nah, buku ini saya beli kira - kira sudah 5 - 6 Bulan yang lalu, disarankan oleh seorang teman bernama Reyhan Fahreza, bersamaan dengan Dunia Sophie yang saya putuskan untuk saya baca dahulu. Bahkan, selama 5 - 6 Bulan itu tidak terbesit sedikitpun muncul mengenai 1Q84, mungkin hanya sekedar quote diatas yang muncul karena saya sempat cukup nganggur untuk mencari tahu soal penulis buku ini.

Baru setelah saya mulai membaca buku ini, muncul dua gambar diatas, di selang waktu yang berbeda, dan pas ketika saya sedang bermain twitter. 1Q84 yang saya beli ketika itu adalah stok terakhir di Gramedia Expo Surabaya, target saya sebenarnya adalah Kafka On the Shore oleh penulis yang sama. Ngomong - ngomong soal teori ketidak pastian. Rasanya cukup menyebalkan saja, seolah - olah seseorang akan tahu saya akan menanggapi hal seperti ini. 
Yasudahlah ya.

Tujuan awal saya menulis ini adalah untuk menanggapi quote yang tertera di gambar awal posting ini. Bahkan, sebelum membaca buku ini saya sudah cukup dibuat resah. Kenapa? Bayangkan saja, tanpa kenal seujung jari pun, si Haruki Murakami sudah berani - beraninya menasehati bahwa hal yang saya inginkan tidak akan datang sesuai dengan hal - hal yang sudah saya rencanakan.

Kamu tahu, Yon, seorang pemuda di umur 20an dengan lingkungan dimana semua orang mengejar akan kesuksesan tentu saja sudah mempunyai rencana - rencana dan sudah mengusahakan untuk mencapai cita - cita yang sudah dia impikan. Kemudian dia, Haruki Murakami, datang dan memberikan sebuah anti tesis, merontokkan semuanya.

Sebenarnya, menolak juga merupakan sebuah pilihan, memilih untuk tidak setuju kemudian melupakan pernyataan itu sambil lalu, biarkan waktu yang bekerja. Namun, para pemikir di hati ini belum sepakat untuk itu, sebagian dari mereka masih setuju, dengan mempertimbangkan hal - hal apa yang sudah dianggap jadi pengalaman. Kemudian terjadilah sesuatu yang biasa disebut kemelut, kurang lebih satu atau dua minggu seingat saya. 

Kemudian pencerahan datang, terjadi ketika berencana untuk ngopi yang berujung makan yang ditraktir oleh dan bersama rekan sekamarku dulu, Muhamad Iqbal, Mas Iqbal panggilku. Apa yang kami bicarakan didominasi mengenai suasana kerjanya, bagaimana kehidupannya berjalan setelah berpisah denganku. Sangat, sangat menarik dan begitu menyenangkan. Bukankah sudah kukatakan bahwa cerita mengenai perubahan - perubahan selalu saja menarik, Yon? Kemudian sampai di perbincangan seperti ini:

"Yon, aku bekerja disini sebenarnya juga gak kuduga sama sekali. Dulu ikut Job Fair, masukkan lamaran, lalu masuk begitu saja, sesimpel itu."

"Memang dulu rencananya bagaimana, Mas?"

"Yah, dulu juga ada rencana, kemudian dijalani dulu, ternyata walaupun kerja disini berat, buanyak banget ilmu yang tak dapet disini."
*maaf kalo ada yang salah ya, Mas. Lupa - lupa ingat.

Kemudian teringat quote kurang ajar dari Haruki Murakami tadi. Mungkin, gara - gara ke tidak cerdasanku tadi, jadi kumakan mentah - mentah. Ya, dari percakapan sesingkat itu, aku ambil kesimpulan baru, kali ini semoga tidak salah tentunya. Bahwa yang dimaksud Haruki Murakami adalah dengan seringnya merencanakan sesuatu, kita sering akan menutup berbagai kemungkinan lain, yang sudah tentu bisa jadi jalur untuk mencapai apa yang sudah kita inginkan, tetap terbuka, tetap waspada, dan lakukan saja yang ada dengan sebaik mungkin. Mungkin seperti itu.

Yon, pernah kukatakan juga bahwa pilihan hidup ini kurang lebih layaknya konstelasi bintang dilangit, kan? Kamu yang memilih, kemana kamu akan pergi dan jalur mana yang kamu pilih. Tentu saja tidak semua pilihan tadi sama terangnya, suatu saat kamu menemukan jalur yang terang, kemudian kamu dibuat takut pada pilihan yang redup, dan bahkan ada pilihan yang baru muncul ketika saat tertentu, layaknya bintang yang berkedip - kedip, karena itulah kamu selalu dibuat waspada.

Setelah kejadian Haruki Murakami ini, dan beberapa artikel mengenai mekanika kuantum. Harus aku revisi lagi, bahwa sebenarnya konstelasi itu juga terus bergerak, tidak ada suatu hal yang tetap diam secara mutlak di dunia tempat kita hidup. Bahkan, sebenarnya bintang yang kita lihat saat ini adalah bintang yang sudah mati. Cukup lakukan yang terbaik dulu saat ini.

Kurasa sekian dulu tulisan ini, Yon.
Salam hangat dan semoga bisa selalu sadar.




Dyon.











nb:
Nih, sudah kuramaikan juga soal Haruki Murakami! Mengenai Helsinki aku belum tahu, memang cukup ramai, tapi sepertinya belum cukup dan menarik untuk saat ini. Maaf jika terlambat, semoga saja cukup puas. Terimakasih atas kebingungan dan kejadian yang cukup menyenangkan!

Comments

Popular Posts