IYAF 2014: Concern, Creativity, and Collaboration of Indonesian Youth for Agriculture Development in AEC 2015.
Prakata.
Yes. 14 - 17 November 2014 kemarin saya mendapat kesempatan jadi delegasi peserta IYAF 2014 di UNPAD. Sebenarnya tulisan ini dimuat sebagai pertanggung jawaban hasil dari pengiriman essai dan mungkin ilmu yang saya dapat bisa semakin disebar luaskan, agar tidak hanya terhenti pada acara kemarin tentu saja. Harapan saya semoga tulisan ini dapat menjadi reminder bagi saya, juga rekan-rekan penggiat angrikultur, khususnya delegasi IYAF 2014, untuk terus berjuang menjadikan Indonesia yang berdaulat dan berjaya di bidang pertanian.
-o-
Baiklah,
pertama-pertama saya jelaskan dulu apa yang dimaksud IYAF 2014.
IYAF
2014 merupakan akronim dari Indonesia Young Agriculture Forum dan karena pas
ditahun 2014 jadilah IYAF 2014, dan iya, IYAF yang saya ikuti bukan
International Young Art Festival, pertama karena saya tidak seseni itu untuk
ikut IYAF art dan yang kedua, IYAF agriculture juga ga kalah keren. Insya
Allah.
Jadi, konsep awal IYAF hampir sama dengan Youth Forum pada umumnya, tapi concernya ke dunia pertanian, begitu. Selain pesta dan jalan-jalan, acara utama IYAF 2014 di Jatinangor ini ada Seminar Nasional, Workshop dan IYAF Forum, untuk workshop kami belajar ke praktisi Ubi Cilembu di tempat asalnya langsung. Demi kenyamanan bersama saya akan membagi cerita dalam 3 bagian sesuai acara tadi.
Jadi, konsep awal IYAF hampir sama dengan Youth Forum pada umumnya, tapi concernya ke dunia pertanian, begitu. Selain pesta dan jalan-jalan, acara utama IYAF 2014 di Jatinangor ini ada Seminar Nasional, Workshop dan IYAF Forum, untuk workshop kami belajar ke praktisi Ubi Cilembu di tempat asalnya langsung. Demi kenyamanan bersama saya akan membagi cerita dalam 3 bagian sesuai acara tadi.
Seminar Nasional
Kalau
salah satu kiriman sebelumnya saya menganjurkan Ahmad Thohari sebagai speaker di acara seminar pertanian,
-mengingat tema seminar adalah pertanian Indonesia dalam menghadapi AEC 2015- keynote speaker kali ini bisa dikatakan
lebih istimewa. Dimulai dari Ibu Ignahaningtyas Krisnamurthi selaku Direktur
Kemenlu untuk Korporasi Ekonomi ASEAN, Mang Ibo selaku praktisi pertanian
organik dan presenter terakhir Ir. Ronnie S. Natawidjaja, M.Sc., Ph.D. selaku... dosen pertanian UNPAD. Beberapa poin yang dapat saya tarik pada masing-masing keynote speaker adalah sebagai berikut:
1. Ibu Igna: AEC berbeda dengan AFTA, ketika AFTA berupaya membebeaskan hambatan tarif, yang pada saat itu beliau menyampaikan hanya menguntungkan satu negara saja, yang kita sudah tahu siapa, AEC / MEA melakukan pembebasan hambatan non-tarif, dimana hal ini sangat berpengaruh di sektor pertanian.
2. Mang Ibo: SDA di Indonesia luar biasa dan harus didukung oleh pertanian organik, kembali pada pertanian yang tidak bergantung pada bahan kimia. Beliau menunjukkan bagaimana pertaniannya memiliki produksi yang lebih baik, dengan harga lebih bersaing juga sektor pasar yang sangat terbuka tentu saja. FYI, pertanian Mang Ibo sudah tersertifikasi pertanian organik Swiss (yang saya lupaan sertifikatornya siapa hahaha), dengan mangsa pasar internasional.
3. Pak Ronnie: Produk pertanian Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bervariatif, sayangnya, masih jarang penduduk Indonesia yang mau melakukan diversifikasi pangan, masih sangat bergantung pada salah satu atau dua komoditi saja. Selain itu, produk pertanian yang kualitasnya sangat baik tidak didukung dengan produksi yang baik pula, masih naik-turun secara drastis (boom and bass) sehingga investor dan pasar belum berani untuk ikut serta dalam pasar pertanian Indonesia. Mereka cenderung masuk pada pasar yang walaupun kualitasnya kalah saing namun tingkat produksinya lebih stabil.
Workshop
Nah,
workshop IYAF 2014 adalah di
pertanian Ubi Cilembu miliki Pak Tanarya. Pertaniannya bahkan sudah
didokumentasikan secara internasional dan bisa dilihat di sini:
Cukup
banyak ilmu yang bisa saya dapat dari beliau. Bagaimana sektor pertanian harus
diperjuangkan dan bagaimana cara perjuangan itu dilakukan (mulai dari
optimalisasi produksi, pengamatan pasar, menjaga kualitas produk, dsb.), dan
juga bahwa kerja keraslah, wanita cantik bisa didapatkan setelah kamu sukses
dan memasuki pubertas ke-2, ea. Pak Tanarya ini memang sungguh.
Disini
baru pertama kali makan ubi Cilembu yang asli Cilembu. Rasanya sih enak dan
lebih enak dari yang dijual dipinggiran jalan Malang. Tapi ya kalo makan
banyak-banyak jadi kentut juga sik. Sama aja.
IYAF Forum
Setelah
dibekali ilmu mulai dari apa itu AEC sampai dengan kondisi pertanian di Indonesia
(walau haya sebatas data dan diwakilkan pada pertanian Mang Ibo dan Pak Tanarya
saja) kami diajak berfikir kembali mulai dari apakah Indonesia siap untuk
menghadapi AEC 2015 dan bagaimana carai kita, sebagai pelaku bidang pertanian,
mampu bersaing dengan negara ASEAN lain. Kegiatan diawali dengan presentasi
proyek Agrischooling oleh Kang Galih
dan proyek Agrisocio (yang menurut saya sangat keren) oleh Teh Deanty Mulia
(apa iya yah, lupaan, maap).
Saya
pribadi berpendapat bahwa AEC 2015 merupakan peluang bersyarat bagi pertanian
Indonesia. Peluang karena Indonesia merupakan anggota dengan SDA terbaik dan
akan menjadi peluang asalkan sektor yang masih lemah mulai sudah diperbaiki.
Sektor yang saya maksud adalah mulai kebijakan perlindungan pertanian, penerapan
ristek yang merata, dsb. Pada sesi terakhir IYAF Forum ditutup dengan hati gembira. Nah itu bercanda, maksud saya
sesi terakhir diisi dengan penyampaian proyek sosial yang direncanakan pada
tiap kelompok delegasi regional masing-masing.
Sekian dulu dari saya, mari selalu perjuangkan pertanian kita. Terimakasih sekali lagi untuk delegates dan panitia. Acaranya keren *clapclap* IYAF 2014: Concern, Creativity, and Collaboration of Indonesian Youth for Agriculture Development in AEC 2015!
Nah berdasarkan pengetahuanmu
gimana proyeksi pertanian Indonesia kedepan?
Dyon.
Comments
Post a Comment