Tikus-Tikus Pencari Tuhan.

images.fineartamerica.com
Beberapa tahun sebelum masehi, didaerah nun jauh di barat, terdapatlah beberapa tikus yang sedang sibuk memikirkan nyata atau tidaknya hidup. Kalau boleh dibilang, mungkin saat itu adalah era renaisans bagi mereka. Disuatu sore yang cukup menenangkan, ada tiga tikus yang sedang asyik berbincang-bincang. Salah satu dari mereka, sebut saja namanya Phytagoras sedang menceritakan arti hidup kepada kedua rekannya.

o

"Kamu tahu, sebenarnya hidup ini bergerak dan saling menggerakkan. Lalu, menurutmu siapa penggerak pertamanya?"

"Kalau kata Thales, air bukan?", sahut salah satu rekannya.

"Ah, hei! Bukankah air juga akan berubah-ubah? Berarti hal-hal yang seperti udara maupun tanah juga memiliki penggerak pendahulunya, aku lebih percaya Anaximander", sela tikus yang lain.

"Jadi begini", Phytagoras menengahi. "Bukan aku tidak setuju dengan Thales dan Anaximander, tapi aku menemukan konsep penggerak kita yang benar-benar konkrit, tentu saja dalam hal ini jika dibandingkan dengan apeiron."

"Jadi apa itu, Ras?", balas kedua tikus tadi.

"Bilangan! Bayangkan semua hal yang terjadi pada alam ini dapat dijabarkan dengan bilangan, maka dengan ini apeiron hanyalah sejarah masa lalu."

"Kalian tahu...", tambah Phytagoras sambil mengunyah buah kedondong, "...bisa dibilang the first unmoved mover kita, atau awal dari kita, atau "Tuhan" sebenarnya adalah bilangan!"

o

Karena penjelasan yang tidak bisa dibantah oleh kedua rekannya, mereka sepakat akan pemikiran Phytagoras. Ternyata tidak hanya kedua tikus tadi, mayoritas tikus dikala itu juga akhirnya sepakat. Pemikiran Phytagoras pun menyebar dengan cepat dan meluas, namanya menjadi termahsyur dan dianggap salah satu tikus paling berpengaruh dikala itu. Maka pemikiran Phytagoras menjadi hegemoni, juga dijadikan dasar pemikiran.

Berdasarkan pemikiran Phytagoras, ilmu pengetahuan pada cabang-cabang lain semakin berkembang. Tak ayal, banyak ilmuwan-ilmuwan tikus yang memuji dan memuja pemikiran Phytagoras. Hal ini berlangsung selama beberapa waktu, sampai suatu saat seekor tikus bernama Hippasus menemukan hal yang menggemparkan para Phytagorian. Melalui pembelajarannya, Hippasus menemukan sebuah bilangan, yang kemudian menjadi antitesis dari bilangan yang dibanggakan oleh Phytagoras akan rasionalitasnya, bilangan tersebut adalah bilangan irasional.

o

Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap katon, lir kincangin alis.
Tikus-tikus Phytagorian kehilangan pegangan. Teori-teori yang berkembang dari pemikiran Phytagoras berpotensi untuk ikut gugur. Gelap. Tikus-tikus ini belum siap untuk menghadapi bilangan irasional. Maka, Hippasus yang juga seorang Phytagorian ini pada suatu malam disekap oleh rekan-rekannya, dan, atas nama "Tuhan", Hippasus dimasukkan dalam kaleng bekas minyak dan ditenggelamkan ke laut. "Kami tidak salah, hukuman itu karena Hippasus membocorkan rahasia Tuhan", begitu kata mereka.

Yah, namanya juga tikus.

-o-



Dyon.

Comments

Popular Posts