Urip Mung Numpang Ngombe: Sebuah Kajian.
Yo, Yon.
Kamu pasti sudah pernah denger istilah "Urip Mung Nunut Ngombe" (atau mungkin dengan substitusi kata yang lain dengan maksud yang sama). Yah, istilah yang mungkin menjadi terminologi otentik Indonesia (atau Jawa ya?) ini sepertinya telah menjadi salah satu falsafah hidup orang Indonesia kebanyakan. Aku sendiri tidak mendeklarasikan hidupku seperti itu, yang walaupun mungkin ternyata caraku hidup bisa jadi sama, tapi kemarin juga sering kepikiran juga sebenarnya maka dari itu ditulis saja disini.
"Hidup hanya sekadar numpang minum."
Jadi, apa iya hidup hanya sekadar numpang minum secara harfiah. Mungkin yang dimaksud disini adalah sebuah proses, Yon, mungkin maksudnya seperti ini:
Pertama, untuk minum berarti seseorang membutuhkan air untuk mengentaskan rasa haus. Pada konteks seperti ini, mungkin yang dimaksud adalah ketika kita hidup, kita berada dalam kondisi "haus" atau dalam keadaan dimana kita memiliki sesuatu kekosongan yang harus diisi, sedangkan perjalanan hidup kita adalah untuk memenuhi kebutuhan "minum" itu tadi.
Kedua, ketika kita masih dalam proses untuk memenuhi kebutuhan akan minum tadi kita masih dalam kondisi "haus". Haus yang harus kita tahan, kita empet, sebelum kita benar-benar minum nanti. Boleh jadi hidup ini juga tidak lain adalah untuk menahan banyak hal, toh nyatanya haus yang tidak ditahan hanya akan membuat kita semakin haus, sampai harus berlarian untuk mencari minum atau sampai minum air laut contohnya.
Ketiga, sekadar numpang. Numpang mungkin memiliki maksud hanya bersifat sementara sedangkan kata sekadar mungkin berarti menunjukkan sifatnya yang remeh saja. Hidup adalah hal kecil bersifat sementara, ada hal yang jauh lebih memiliki daya dibandingkan hidup kita.
Terakhir, minum. Jika tadi sudah diperkirakan perihal tujuan minum, maka apa yang kita "minum" itu? Apakah mungkin berkaitan dengan perjalanan kita untuk minum tadi? Yah, orang yang pergi untuk minum kopi dan orang yang pergi untuk minum air mineral memiliki perjalanan yang berbeda tentu saja. Bahkan, setelah minum, reaksi kita acapkali berbeda-beda, mulai dari tingkat kelegaan atau mungkin kekecewaan karena air yang diminum ternyata kuah pempek yang dikira minuman teh berkarbonasi. Secara garis besar, setelah minum, rasa haus akan digantikan (biasanya dengan sangat cepat) dengan hal lain yang menerjang kita.
Pada akhirnya toh, bagiku hidup adalah apa yang akan kita pertanggung jawabkan karena sudah lahir untuk nanti ketika kita pergi lebih jauh lagi. Mungkin, kamu yang mengikuti faham ini, bisa menjelaskan padaku apa maknanya?
Dyon.
Comments
Post a Comment