Lelaki dan Kebanggaan: Kepikiran I
oleh Neiths |
A man is, pride covered in flesh, utilized with a brain and a heart, the bad news is, they just rarely work together.
Hidup terus berjalan, waktu dengan tegas berputar, pandangan-pandangan baru terbuka, pun kesempatan-kesempatan dan pilihan baru. Mungkin saja layaknya angin: ia berhembus, dengan asal dan tujuan yang misterius, berhenti pada satu titik untuk mendapati ribut oleh dirinya sendiri, kemudian berhembus kembali, yang semoga saja dengan lebih baik, semoga saja.
-o-
Pelbagai pemikiran yang datang dari waktu dan tempat yang acap kali tidak terduga memang benar adanya. Aku, yang masih terheran akan seorang rekan kerja bernama Agustian (lahir di bulan Juni) dengan membawa harapan orang tua yang menginginkan agar kelak anak mereka akan dipanggil "Gus", namun rupanya sang anak lebih berkenan dipanggil dengan nama Tian -yang kali ini aku menyebutnya sebagai naming paradox-, pada suatu chat sore, mendapat kiriman, kurang-lebih, seperti ini:
"Aku berasa punya anjing, nurut terus.."
wat.
oleh bocah 19 tahun.
wat.
w a t.
W A T !
Something sounds wrong, doesn't it?
Maka, aku sebagai, setidaknya menurutku sendiri, seorangfree-man yang memilih untuk menjadi orang-orang bebas, rebel tipis-tipis, terpikir. Sebagian otakku berkata bahwa ada suatu hal yang dilanggar. Ada sesuatu yang salah, namun masih terlalu absurd dan kabur. Mubes. Mubes darurat harus segera dilaksanakan. Ini masalah penting.
Kemudian, Mubes kala itu menghasilkan sebuah kalimat yang tertera pada awal kiriman ini. Sepertinya, pada chat bocah itu, ada sesuatu yang terusik dalam aku. Ya, hal ini adalah mengenai seorang lelaki dengan salah satu sifat dari "seven deadly sins", yaitu kebanggaan (Pride). Baiklah, mari kita telaah:
Pride, yang sepertinya masih belum cocok jika diartikan secara langsung menjadi kebanggaan (tentunya pride lebih memiliki konotasi negatif dibanding dengan istilah kebanggaan, namun kalau kamu menemukan istilah yang lebih tepat mohon kiranya mau mengoreksi), sepertinya merupakan salah satu dari sifat yang sudah mendarah daging pada seorang lelaki, Entah sejak kapan, entah pada fase apa dan juga entah merupakan sifat lahiriyah atau sifat yang terbentuk oleh lingikungan sosial.
Tentu, Yon, kamu sudah pernah mendengar kalimat mengenai hal-hal yang dapat meruntuhkan seorang lelaki, yaitu harta, tahta, dan.. yah.. tentu saja wanita. Pada tiga hal tersebut, jika kita tinjau lebih dalam lagi, bukankah terdapat sebuah substan yang sama, yang memicu pada tiga hal tersebut, sebuah substan yang menjadi inti, dan ya, menurutku substan itu adalah kebanggaan.
"Aku berasa punya anjing, nurut terus.."
wat.
oleh bocah 19 tahun.
wat.
w a t.
W A T !
Something sounds wrong, doesn't it?
Maka, aku sebagai, setidaknya menurutku sendiri, seorang
Kemudian, Mubes kala itu menghasilkan sebuah kalimat yang tertera pada awal kiriman ini. Sepertinya, pada chat bocah itu, ada sesuatu yang terusik dalam aku. Ya, hal ini adalah mengenai seorang lelaki dengan salah satu sifat dari "seven deadly sins", yaitu kebanggaan (Pride). Baiklah, mari kita telaah:
Pride, yang sepertinya masih belum cocok jika diartikan secara langsung menjadi kebanggaan (tentunya pride lebih memiliki konotasi negatif dibanding dengan istilah kebanggaan, namun kalau kamu menemukan istilah yang lebih tepat mohon kiranya mau mengoreksi), sepertinya merupakan salah satu dari sifat yang sudah mendarah daging pada seorang lelaki, Entah sejak kapan, entah pada fase apa dan juga entah merupakan sifat lahiriyah atau sifat yang terbentuk oleh lingikungan sosial.
Tentu, Yon, kamu sudah pernah mendengar kalimat mengenai hal-hal yang dapat meruntuhkan seorang lelaki, yaitu harta, tahta, dan.. yah.. tentu saja wanita. Pada tiga hal tersebut, jika kita tinjau lebih dalam lagi, bukankah terdapat sebuah substan yang sama, yang memicu pada tiga hal tersebut, sebuah substan yang menjadi inti, dan ya, menurutku substan itu adalah kebanggaan.
Maka, aku tidak akan heran lagi mengapa kebanggaan (pride) termasuk dalam seven deadly sins oleh para filsuf-filsuf kala itu. Toh, bukankah kebanggaan (menurut sejarah) yang juga dapat meruntuhkan banyak kerajaan dan kebudayaan besar, menghancurkan orang-orang kuat dan banyak hal lain? Bukankah karena kebanggaan yang ingin ia jaga, yang menyebabkan seorang anak sampai bertindak curang pada ujiannya di sekolah? Bukankah itu kebanggaan, yang memicu pelbagai tindakan munafik, kebencian, dan hal-hal buruk lain?
Salahkah aku?
Salahkah konstruksi sosialku?
Dimanakah letak kebanggaan itu? Apakah ia terletak pada pikiran? Ataukah lebih pada perasaan?
Entahlah, aku belum tahu, sungguh-sungguh belum tahu. Namun yang pasti, pada setiap aku, akan ada kebanggaan yang ia simpan dan jaga sungguh-sungguh. Entah pada apa, entah pada siapa, itu terserah masing-masing.
Selanjutnya.
Catatan kaki:
Ilustrasi pride pada awal kiriman disadur dari Full Metal Alchemist karya Hiromu Arakawa, salah satu artis idola saya. Kalau sempat, silahkan dibaca, sungguh karya yang mengagumkan.
Comments
Post a Comment