Esensi Diri



Pelbagai hal salah terjadi katamu, hal-hal yang, terletak tidak pada tempatnya. Hal-hal yang acap kali kau katakan melanggar esensinya masing-masing. Tapi bukankah benar atau salah masih merupakan hal yang buram, terlalu buram bagimu. Memang, tidak seperti benda mati, layaknya api yang tidak sepatutnya menyala di lautan, mahluk hidup adalah ia yang berproses. Hal yang mungkin nampak salah, bisa jadi adalah satu titik pada gugus menuju kebenaran, mungkin bukan kebenaran baginya, bisa jadi kebenaran bagi yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu, doakan saja dulu, dengan iman yang seharusnya makin kamu teguhkan itu, bahwa ada pematik awal yang mengatur segalanya. Jadi, Yon, janganlah cepat kamu mengambil keputusan, yang perlu kau segerakan adalah melihat pelbagai variabel dan menarik banyak hipotesis yang berkaitan dengannya. Setelah itu baru...

Bahkan mungkin, jika pada suatu ketika semua hal disekitarmu terasa begitu salah, tidak keliru kalau aku berkata bahwa kamulah yang sebenarnya tidak berada pada tempatnya, tidak. Layaknya sisa biskuit diantara setumpuk regginang pada kaleng Khong Guan di hari lebaran nanti, kamu tidak sepenuhnya salah, tapi semua memang berubah dan kamu seharusnya sudah menyadari banyak tentang itu. Begitu banyak kesalahan yang kamu lihat pada diri orang-orang yang bersamaan dengan itu kamu melalaikan esensi dirimu sendiri, pokmen jangan sampai kamu melempem.

Baiklah, mari kita coba telaah lebih dalam lagi. Kamu, sebagai manusia, adalah susunan organ pembentuk manusia, yang tersusun dari protein dan nutrien lainnya yang membentuk sel-sel yang tersusun oleh DNA, DNA yang berurutan secara rapi sesuai dengan tugasnya yang bahkan jika kamu pecah lagi tersusun dari berbagai macam atom. Kemudian jika kita pecah lagi yang kurasa tidak akan ada habisnya sehingga sebaiknya langsung saya sebutkan intinya, yaitu bahwa pada dasarnya, atau pada suatu tahap tertentu kita adalah sama. Kemudian kita berkembang menjadi hal yang lebih kompleks, membentuk individu dengan karakteristik yang berbeda, mungkin berawal dengan perbedaan kuantitas pembentuk, perbedaan tersebut menjadi begitu kompleks dan kemudian kita menjadi individu yang berbeda juga pada tingkat kualitatif. Hal yang berbahaya adalah ketika fokus kita menjadi tidak seimbang antara perbedaan dan persamaan. Kita harus menyadari bahwa kita berbeda namun kita juga sama pada satu dan lain hal.

Beberapa minggu yang lalu kita sempat melakukan pelesir dan menemukan benda yang cukup menarik perhatianmu. Sebuah gelang berbentuk tasbih seperti pada gambar header kiriman ini. Sebuah benda menakjubkan yang (bahkan sebelumnya merupakan entitas kompleks dari mahluk hidup) memiliki luka-luka tersendiri pada tiap butirnya. Hal yang cukup menakjubkan mengingat bahwa kita hidup di era ketika mekanisasi dan keseragaman merupakan mayoritas sehari-hari. Mengingatkanmu juga bahwa setiap kita menjalani hidup yang berbeda, memiliki luka dan keindahan masing-masing, tapi toh pada tiap inti dari kita adalah hal yang sama. Bahwa kesamaan tersebut yang seharusnya dapat mengikat kita pada kebersamaan.

Namun juga sudah kita sepakati bahwa kita telah mencapai pada tahapan yang sangat kompleks untuk kapasitas pemahaman kita sekarang ini, kesamaan kita mungkin juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan sebuah lubang pada butir kayu kaukah yang dapat menjadi media pengikat kebersamaan kita, tapi aku berharap setidaknya hal itu, dan kiriman ini dapat menjadi pengingat bagimu. Waktu adalah ia yang tegas menggiringmu pada suatu tempat, aku tidak tahu apakah ia akan memberimu cukup kesempatan untuk memahami esensi dari dirimu sendiri. Jadi sementara itu lakukan hal yang memberimu cukup alasan untuk mengorbankan waktumu itu, agar kelak kamu tidak tergolong bersama orang-orang yang menyesal.


Dyon

Comments

Popular Posts