Perenungan Jauh, Sebelumnya.

Catatan: Tulisan ini adalah draft yang sudah mangkrak sangat, sangat lama, diselesaikan dan dipublikasikan sekenanya saja.


Baiklah, Yon, tulisan ini kurang lebih akan menceritakan perjalanan dari pemikiran akan perjalanan lebih jauhmu nanti, tulisan Merenung (Sedikit Lebih) Jauh adalah hasil pemikiran paling baru sampai tulisan ini dibuat, maka sampai tulisan itu dibuat akan diceritakan disini :)

Kali ini saya akan kembali bercerita mengenai kehidupan yang lebih jauh setelah kita pergi dari sini. Akhir-akhir ini sering terpikir mengenai hal itu, memang. Yah, setelah Yondi mendahului pergi, rasanya setengah aku juga ikut pergi dengannya, mengingat dia memang aku dalam hal yang lain, maka pikiran akan perjalanan selanjutnya terus saja terngiang. Al-Fathihah.

Sebenarnya, pikiran-pikiran ini sudah menggantung lumayan lama. Jika saya coba memacu ingatan saya jauh-jauh, pengalaman saya mengenai perjalanan berikutnya yang bisa saya ingat adalah ketika seorang anak dari rekan kerja Bapak meninggal karena kecelakaan di kamar mandi, kira-kira sekitar pukul 8 malam, Bapak mengucurkan keringat dan bercerita dengan penuh keprihatinan. Kalau tidak salah, saat itu adalah ketika saya masih kelas 3/4 SD dan seingat saya tidak banyak kesedihan yang dirasakan, sekadar nuansa mencekam dan penasaran bagaimana rasanya setelah itu, serta kekhawatiran bagaimana jika nanti saya ditinggal pergi dahulu oleh kedua orang tua saya.

Nuansa tempat pemakaman tidak begitu asing bagiku, jalur terdekat dari rumah menuju sekolah menengah pertama akan selalu membuatku melewati pemakaman di Dukuh Bambe. Hal yang paling dominan jika mengingat tempat pemakaman memang rasa sepi, tak heran aktivitas nyekar menjadi tradisi, mungkin semacam rasa empati dari handai taulan yang masih hidup (padahal mungkin yang harus berempati adalah yang sudah dahulu pergi), entah ingin sedikit mengobati rasa rindu dengan mengirim do'a dan sebagainya dan sebagainya.

Sunyi tempat pemakaman memang memiliki keunikannya tersendiri, menurutku. Ia bisa begitu sunyi di tengah-tengah keramaian. Maka saya harus maklum jika hantu-hantu penasaran menggoda ketika malam tiba. Tentu saja malam akan membuatnya menjadi sunyi sekali, atau mereka hanya merasa sumpek dan bosan tidak bisa kemana-mana lagi, ya siapa tahu, mereka juga butuh piknik.

Maka boleh jadi, untuk siap pergi, kamu harus bisa menyemarakkan kesendirianmu dahulu, lalu keberanian untuk itu. Boleh jadi pikiran dan perasaan adalah perlambang untuk itu, dengan menetapkan pikiran di langit dan hati yang membumi (Pidi Baiq), hidup dan mati adalah perjalanan yang sangat seru!

Dyon.


Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Bang Mevin enggak pernah ngopi ke HDK nih btw

      Delete

Post a Comment

Popular Posts