Pelayaran Sunyi


Api membakar, membesar, dan padam pada satu waktu.
Es yang diam membeku akan cair kemudian mengalir, dan akan menguap pada satu waktu.
Jika hidup adalah pelayaran, akankah aku jatuh-tenggelam ditelan ombak pada satu waktu?

Dhan, jika kamu menanyakan ihwal yang menyedihkan/menakutkan dalam hidup, menyadur Summer Wars– jawabanku adalah kelaparan dan kesendirian. Meskipun lapar dapat dikatakan sebagai manifestasi kesendirian, namun ia akan terletak pada sisi yang berbeda karena adanya ketidakmampuan dalam mengatasi rasa lapar itu sendiri.

Begitu banyak hal yang mengingatkanku akan kesendirian: makanan yang beranjak dingin, jalanan basah beserta gerimis di waktu maghrib, rumah yang terang nan hangat namun nihil canda-tawa, suara-suara yang tak terdengar, juga tangan-tangan yang kerap tidak saling menggenggam.

"Tapi, bukankah nanti kita juga akan sendiri dalam liang-liang itu?"

Ya, kita akan sendiri dalam liang-liang itu, sedang hidup, mungkin serangkaian persiapan untuk itu.

"Tetap saja, kesendirian adalah hal yang menakutkan!"

Bagaimanapun kita terlahir untuk sendiri, kurasa.
Bagaimanapun kita juga tidak memiliki banyak pilihan untuk itu.
Kita tak henti-hentinya menangis meratapi nasib, dan ditolong oleh kapal-kapal kita sendiri, untuk kemudian berlayar beriringan dengan waktu.

"Kemudian kita lupa akan kesendirian."

Kemudian kita akan teringat akan angin dan arus, dihantam ombak dan badai.

"Dan kita akan berlayar dalam ketakutan."

Dan kita berlayar semakin tegas dan kuat, cukup kuat 'tuk memahami arti kebebasan.

“A man can be himself only so long as he is alone; and if he does not love solitude, he will not love freedom; for it is only when he is alone that he is really free.”― Arthur SchopenhauerEssays and Aphorisms

Maka kamu mengingatkanku untuk mengencangkan tali pancang, membuatku juga harus memeriksa seberapa kuat jangkarku tertancap.

Arus adalah musuh dalam sunyi, katamu, dan pikiran kritismu merupa tali pancang dan jangkarku.


Dyon.
2016


Comments

Popular Posts