Daejeon, 13 Mei 2017.
credit: unsplash.com; Andreas Eriksson |
1.
Memulai adalah sebuah hal yang cukup sulit kurasa, tetapi bagiku,
kali ini, mengakhiri merupakan hal yang lebih sulit. Sebab kita tidak pernah
tahu kapan sesuatu akan berakhir, dan permulaan bisa saja dimulai oleh sebuah
paksaan, atau oleh hal yang berada di luar kendali: kelahiran beserta
tulisan-tulisan. Belum lagi, pikirku, kita tidak pernah tahu bagaimana sesuatu
akan berakhir, serta mengenai kapan, merupakan sekumpulan praduga, baik yang
disengaja maupun tidak.
2.
Jika kehidupan memang benar adalah sebuah tenunan dari
benang-benang waktu, terjalin atas pertemuan, dengan karakteristiknya
masing-masing, serta diwadahi oleh dimensi untuk membentuk simpul-simpul
kenangan, menjalin hidup yang mudah tidaklah muskil. Sejarah telah mengajarkan
kita mengenai banyak hal, dan mengabaikannya adalah sebuah kebodohan, aku tahu
bahwa aku benar-benar tidak tahu.
3.
Alam telah mengajarkan pelbagai hal pada kita dan kurasa kita
telah mengalir cukup jauh mengenai itu, mengenai kerusakan dan
ketidakseimbangan, mengenai kehidupan dan kematian. Kemudian atas hal-hal
tersebut, bukankah simpul-simpul baru bukanlah hal yang buruk?
4.
Aku adalah riak-riak sungai, terlahir oleh mata dan terbentuk oleh
batu-batu yang menjagaku dengan sangat baik beserta kasih sayang, yang
menjadikan aku saat ini untuk merasa sangat beruntung. Menjadi riak-riak
sungai, bukanlah hal yang mudah, kau tahu? Atas semua hal yang mengalir padaku
dan bagaimana caraku berakhir pada samudera dan semesta merupakan sebuah tanggung
jawab.
5.
Pada badan ini aku gelisah, aku mengharapkan api, yang sukar ‘tuk
dihiraukan, indah dan bersemangat, mengubah bendungan menjadi hal yang
membosankan, membakar kerikil dan kayu, menghasilkan rasa sakit dan kehilangan,
menjadikan hidup sebagai candu namun menawarkan kematian pada waktu yang bersamaan.
Oh mata, batu dan riak-riak sungai!!!
Sehingga dalam doaku: Oh, Yang Maha Mewujudkan, wujudkanlah api
dalam setiap riak-riakku.
Dyon.
2017.
Comments
Post a Comment