Punk is Knup



Hujan penghabisan di Shubuh ini mengingatkanku akan seorang anak punk yang perasaannya habis dirongrong tangisan malam.

"Yaa, Tuhan! Kenapa. Engkau. Pertemukan. Aku. Dengan wanita seperti di-aaa?"

A-nya tiga. Terukir samar di punggung badannya.

Anarchist. Hmm oke.

Antifa. Aku dukung.

Ashiap Astaghfirullahaladziim.

Ia jongkok membelakangiku, dengan secarik kertas lusuh terselip di saku belakang:

"Beri aku 2 kali kecupan,
kemudian 6 kali kecupan yang lain,"

"Dua yang pertama adalah untuk pertemuan,
juga untuk kucing hijau yang bersama kita waktu itu."

"Dua untuk anak Haji Ivan di Burengankedua pipinya mengingatkanku pada adonan bagel yang empuk dan anti gagal."

"Serta satu terakhir untuk kusimpan sendiri sebagai investasi non-finansial kalau-kalau petani sudah enggan bercocok tanam karena sibuk menyemai perhatian."

Lima menit, aku tenggelam dalam pertanyaan. Kemudian 5 detik setelah itu ia menoleh ke arahku dengan mata yang kian berkaca-kaca:

"Kecupan terakhirku dicuri kucing yang,
ikan asinnya dicuri kucing lain yang,
kecupannya pernah dia curi, bang."


Comments

Popular Posts