2019

"Beli balsem di Indomaret. Hmm, Ruwet."

Belum pernah terbayangkan ada tahun yang begitu kontradiktif. Pada satu sisi ia begitu cepat dan melelahkan, menawarkan banyak hal yang tidak bisa tidak untuk disyukuri. Di sisi lain ia bergerak santai dan lambat, meneror dengan perihal nun jauh sedang kondisi yang masih di sini-sini saja.

Ada hari-hari dimana berpindah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya untuk mengerjakan hal yang itu-itu saja, khawatir lekas itu akan apa. Ada juga hari-hari tanpa tidur yang cukup, penuh kafein dan adrenalin, berusaha menyelesaikan satu hal karena tahu hal-hal lain segera datang menerkapada momen seperti inilah suara Jim Croce acap terputar di kepala. Yah, kurasa hidup akan jauh lebih mudah jika kita bisa menyimpan waktu dalam botol dan membukanya sesuka hati kita.

-o-

Pada tahun ini juga baru menyadari bahwa banyak hal keliru dan menjengkelkan dalam kehidupan. Maksud saya, benar dan keliru memang relatif, saya kurang lebih maklum bahwa hal yang keliru bisa jadi benar di masa depan, pun sebaliknya. Namun, sebelum kamu berargumen tentang itu, Yon, kusampaikan bahwa setidaknya - pada saat ini - banyak  hal tersebut salah, kemudian membuatku marah dan lelah. Tidak mampu mengubah apa-apa, ujungnya warung kopi jua.

Ah iya, di tahun dengan intensitas warung kopi yang tinggi ini, juga menyadari bahwa kian waktu warung-warung kopi kian inklusif pada banyak golongan. Cukup menyenangkan untuk dapat mampir ke warung kopi di pagi hari sembari melihat orang-orang bersiap menjalani hidup, atau di sore hari untuk mengamati anak-anak belajar kelompok usai sekolah. Namun, warung kopi di malam hari agaknya tetap sama, ia bersama kucing-kucing liar yang berusaha mencari makan dan tetap menjadi tempat peraduan bagi kaum yang babak belur dihantam banyak hal.

-o-

Sampai saat ini juga masih samar-samar teringat tulisan Sabda Armandio yang diunggah pada blog Agrariafolks (sayangnya sudah tutup) mengenai analogi rasa kehilangan sebagai permen karet yang menempel di celana. Menggunakan analogi yang sama, nampaknya kian tahun permen-permen karet yang menempel di celana kian banyak dan kian berupa warna pula. Kemudian 2019 seolah-olah melatihku untuk dapat berdamai dengan itu, mengajarkan bahwa permen karet yang menempel di celana itu biasa saja dan semua orang pernah mengalaminya, jadi tak perlu dikhawatirkan dan tetaplah berjalan. Padahal kita semua tahu, tidak mungkin kita bisa tetap berjalan tanpa memikirkan permen-permen karet yang menempel di celana. Seberapa lama dia sudah menempel di sana? Seberapa banyak jumlahnya sekarang? Akan menjadi apa ia lama-lama? Jadi, pada dasarnya, 2019 memang cukup tolol.

Yah, tapi jika boleh menyiapkan renstra untuk tahun 2020, mungkin kamu perlu terus mengingat bahwa hidup juga nampaknya sebuah permainan. Jalani saja hidup secara menggembirakan tanpa perlu mengusik kegembiraan lain. Toh, permainan terbaikpun tetap memiliki aturan agar mengesankan. Kegagalan nampaknya perihal waktu dan level yang belum tepat. Setiap kesulitan menyimpan hal yang menunggu untuk ditemukan, sedang penemuan-penemuan tersebut merupakan faktor yang menggembirakan. Jika sekiranya hidup begitu pelik dan sulit, carilah kebahagiaan agar membuatnya impas. Hidup memang terkadang bajingan, namun kita hanya memainkannya sekali saja, sehingga agaknya cukup sayang jika kita lewatkan tanpa banyak kita gembirakan.


Dyon.

Comments

Popular Posts