28

Sudah hampir satu jam berlalu ketika tulisan ini masih belum menemukan cara agar dapat dimulai dengan baik. Ketika memejamkan mata dan mencoba untuk mengingat satu dan lain hal, malam terasa cukup gerah dan tenang di Surabaya, dan ini merupakan pertengahan tahun 2020.

Tahun 2020 merupakan tahun ketujuh sejak tulisan blog pertama ditulis dan dikirim. Tahun ini juga berarti bahwa kamu akan menginjak umur ke-28, dan saya rasa itu hal yang cukup, yah, membingungkan. Secara pribadi, saya lebih menggemari 27. Pertama, 27 mengandung angka tujuh yang merupakan angka keberuntungan bagi para pelaut. Kemudian, 27 juga merupakan hasil dari perkalian sembilan dan tiga, juga merupakan kelipatan tiga dari tiga. Oh iya, ngomong-ngomong baru kusadari bahwa selain tujuh, tiga juga mengagumkan.

Tiga: bilangan prima setelah dua, sangat santai dan sederhana saja. Ia tak menonjol layaknya satu, juga tak ingin menyaingi satu layaknya dua, sungguh monumental.

Betapa indah 27 sehingga beberapa kali lupa ketika masih 26. Rasanya-rasanya 27 sudah hadir begitu saja, seperti kebahagiaan yang tidak terencana. Oleh karena itu, pada beberapa waktu, meninggalkan 27 rasanya cukup mengecewakan. Yah, meskipun menjadi 28 berarti menjadi cukup dekat dengan 30, kemudian jika beruntung, dengan 33, 37 dan seterusnya yang sangat mengagumkan.

Bagaimanapun, 28 bak nuansa hening setelah gelak tawa, dan pada kesempatan lain bak dengung nyamuk yang terbang di sekitar telinga: mengusik dan misterius. Kamu tidak akan pernah tahu tentang apa yang akan terjadi di 28 (begitupun 33, 37, dan seterusnya). Namun, yang untuk sementara ini bisa dicatat adalah bahwa setiap memikirkan 28, terpapar sebuah malam pesta yang telah usai, dan pagi hari yang hening (juga gerah) bersama lalu lalang manusia dengan kesibukannya masing-masing. Seakan semalam hanya mimpi tanpa perlu dikenang, lebih-lebih diceritakan.

Maka, selayaknya kebahagiaan, 27 harus ada, dan pergi pada akhirnya. Namun, yang masih belum kutahu apakah kebahagiaan juga akan menemui sepi? atau mungkin memang tercipta untuk sepi sehingga Ia siap benar jika harus berkemas pergi. Jikapun benar, kebahagiaan itu tak lain dan tak bukan adalah tiga– yang ada, datang, dan pergi secara sederhana.

Comments

Popular Posts