Belajar berhitung


Hari ini disadari kalau rambut mulai sedikit-banyak rontok di bagian depan. Rasa-rasanya bukan karena banyak berpikir. Apalagi mengenai hal-hal di masa depan. Mungkin lebih ke faktor usia, sih. Tapi tidak juga, lah. Mungkin oleh kemalasan untuk merawat kulit kepala. Pembenarannya sederhana, rambut ini sudah dibiasakan terbebas sejak masih di sekolah dasar. Mau dirawatpun, nanti akan berantakan oleh angin dan hujan. Jadi, biarlah -- dan terbiarkan hingga kini. Sebuah konsep dari pria berselera yang mantap namun kampungan. Lalu, yang benar karena apa?

-o-

Baiklah. Memang kebetulan akhir-akhir ini kamu sedang perlu banyak belajar berhitung. Mulai dari perbandingan residual hingga model matematika. Ditambah lagi penafsirannya. Berhitung memang satu hal, tapi penafsirannya adalah hal yang lain. Oleh karena itu, jika kamu tahu seseorang yang mampu dengan tegas berkata bahwa matematika adalah bahasa kehidupan, ia adalah seorang yang patut dicurigai. Terutama jika masih lebat rambutnya.

Argumen ini tidaklah nihil pembuktian. Tengok Pramoedya. Lihat kulit kepalanya. Bisa jadi, ketika ia tulis:

"Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya."

Ia sedang kesulitan menafsirkan model matematika. Menyerah, lalu mengatakan bahwa hidup sungguh sederhana. Seakan-akan tahu, walaupun belum tentu.

-o-

Kamu harus setuju bahwa penafsiran matematis memanglah rumit. Apakah rontoknya rambut adalah harga yang sepadan? Tidak tahu juga karena belum dihitung. Bagaimana kamu malam ini mengenakan pakaian berlapis sebagai upaya berhemat; hanya bersama barley dingin sebagai kawan berhitung; berada di tempat yang beku dan asing; merupakan model matematika yang terlalu sukar untuk ditebak, apalagi diperhitungkan.

Namun ternyata, jika tidak mau kehilangan banyak rambut (dan berkompromi ketika orang lain mencurigaimu), penyederhanaan secara ekstrem dapat dilakukan. Tafsir yang agaknya berguna masih bisa diperhitungkan tanpa perlu banyak rambut untuk dibayar.

-o-

Anggaplah kematian dan perpisahan. Jika diasumsikan bahwa umur manusia berakhir sampai 80 tahun, dan saat ini kamu berumur 30 tahun (god bless you from the outliers). Maka ada sisa waktu 50 tahun. Jika rata-rata diperlukan waktu tidur selama 6 jam dalam sehari, dan 40 jam dalam seminggu untuk aktivitas rutinmu, maka waktu yang terisa kurang lebih 25 tahun. Rasanya masih tersisa waktu yang cukup lama untuk serangkaian pertemuan.

Sialnya, pada konteks perpisahan, waktu bagi semua orang berjalan secara paralel. Jika sekiranya hanya dapat bertemu orang yang disayang sebanyak sekali dalam setahun (selama 8 jam), maka ada 24 hari bagimu untuk bersamanya. Dan itu dengan kondisi bahwa mereka seusia. Jika sekiranya orang yang disayangi berusia 65 tahun, maka kurang lebih tersisa 7.5 tahun saja waktu yang ada. Dengan frekuensi pertemuan yang sama, maka waktu bersamanya tidaklah sampai 3 hari saja. Itupun jika semua terjadi sesederhana itu.

-o-

Mungkin, hitungan, usia, dan alpa perawatan, adalah tiga variabel independen yang tak saling terikat. Mungkin salah dua, mungkin juga semua. Hal yang dapat dipastikan adalah hitungan sederhana atas perpisahan tidak beresiko pada kulit kepala. Meskipun dicurigai perhitungannya, pembuktiannya ada pada rambut, gigi dan kerutan. 


Dyon.

2023






Comments

Popular Posts